Saturday, August 28, 2010

Karya Tulis Ilmiah HUT Pemkab. Tapsel ke-52

Pengembangan Ekowisata Tor Sibohi Park Play

1. Pendahuluan

 A. Latar Belakang

Indonesia memiliki potensi sumber daya alam dan peninggalan sejarah, seni dan budaya yang sangat besar sebagai daya tarik pariwisata dunia. Ahli biokonservasi memprediksi bahwa Indonesia yang tergolong negara Megadiversity dalam hal keanekaragaman hayati akan mampu menggeser Brazil sebagai negara tertinggi akan keaneka jenis tanaman, jika para ahli biokonservasi terus giat melakukan pengkajian ilmiah terhadap kawasan yang belum tersentuh.

Luas daratan Indonesia hanya meliputi 1,32% dari seluruh luas daratan bumi, namun World Conservation Monitoring Center yang bermarkas di Inggris menempatkan Indonesia pada urutan kedua setelah Brazil dalam hal keanekaragaman hayati yang terkandung, baik daratan maupun diperairannya. Dari keanekaragaman hayati yang ada di bumi ini, Indonesia memiliki 10% jenis tumbuhan berbunga, 12% binatang menyusui, 16% reptilia dan amphibia, 17% jenis burung, 25% jenis ikan dan 15% jenis serangga. Indonesia yang mempunyai kedudukan istimewa ini menjadi semakin unik karena dari sekitar 500-600 jenis mamalia besar yang dimiliki, 36% merupakan jenis endemik; dari 35 jenis primata yang ada, 25% termasuk jenis endemik; dan dari 78 jenis burung paruh bengkok, 40 % merupakan jenis endemik; dari 121 jenis kupu-kupu, 44 % adalah jenis endemik. Dari kenyataan itu pula Indonesia di kenal sebagai salah satu negara mega bio-diversity atau mega-center keanekaragaman hayati di dunia.

Melihat potensi pariwisata yang dimiliki Indonesia, dan sesuai dengan Visi Ekowisata Indonesia adalah untuk menciptakan pengembangan pariwisata melalui penyelenggaraan yang mendukung upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya), yang melibatkan dan menguntungkan masyarakat setempat, yang menguntungkan secara komersial. Dengan visi ini Ekowisata memberikan peluang yang sangat besar, untuk mempromosikan pelestarian keaneka-ragaman hayati Indonesia di tingkat Internasional, Nasional, maupun lokal.

Ecotourism merupakan usaha untuk melestarikan kawasan yang perlu dilindungi dengan memberikan peluang ekonomi kepada masyarakat yang ada di sekitarnya. Konsep yang memanfaatkan kecendrungan pasar back to nature ini merupakan usaha pelestarian keanekaragaman hayati dengan menciptakan kerja sama yang erat antara masyarakat yang tinggal disekitar kawasan yang perlu dilindungi dengan industri pariwisata. Ecotourism adalah gabungan antara konservasi dan pariwisata di mana pendapatan yang diperoleh dari pariwisata seharusnya dikembalikan kepada kawasan yang perlu dilindungi untuk perlindungan dan pelestarian keanekaragaman hayati serta perbaikan sosial ekonomi masyarakat di sekitarnya.

Menurut Futurist John Naisbitt (1994), wilayah hutan dan perairan dengan seluruh kekayaannya merupakan modal dasar pengembangan pariwisata alam yang merupakan salah satu industri besar di milenium ketiga disamping telekomunikasi dan transportasi. Perkembangan kedua sektor ini adalah meningkatnya perjalanan-perjalanan, yang dalam dekade terakhir ini banyak menuju ketempat-tempat yang alami sebagai wujud pelepasan waktu luang dan keinginan masyarakat berteknologi maju untuk kembali ke alam. Kebenaran ramalan tersebut sangat beralasan karena dengan semakin majunya teknologi komunikasi dan transportasi, penduduk dunia menjadi semakin mudah mendapatkan informasi dan menjangkau sampai ke relung yang tersembunyi di bumi ini. Padahal tahun 1993, misalnya, sekitar 500 juta orang berpergian keliling dunia dan 4,21 milyar dolar Amerika dibelanjakan di perjalanan. Di tahun 2000, World Tourism Organization memproyeksikan wisatawan dunia mencapai 661 juta orang dan 15,28% wisatawan mancanegara berkunjung ke Asia Pasifik termasuk Indonesia. Peningkatan jumlah wisatawan setiap tahunnya diperkirakan sebesar 4,3% dan diperkirakan terus meningkat hingga 6,7% per tahun.

Kabupaten Tapanuli Selatan merupakan salah satu bagian dari wilayah Indonesia yang memiliki potensi alam sebagai modal dasar pengembangan ekowisata tetapi belum mendapatkan sentuhan yang nyata untuk menarik para pelancong  sampai ke tingkat Internasional.

Sipirok Kota kecil di bawah kaki gunung Sibual-buali, merupakan salah satu kota kecamatan di Tapanuli Selatan. Dengan luas wilayah 407,72 Km2, yang penduduknya sebanyak 30.001 jiwa dan secara administratif terbagi atas 5 kelurahan dan 95 desa, dan terletak pada ketinggian 910 meter di atas permukaan laut. Udaranya yang sejuk karena dikelilingi oleh gunung-gunung dan bukit-bukit sebagai lukisan alam membuat kota Sipirok sangat cocok untuk dijadikan daerah tujuan Ekowisata (DTE).

Bukan sekedar itu saja, yang khas dari kecamatan ini adalah adanya Aek Milas yaitu pemandian yang mengandung sulfur yang baik untuk kulit. Kecamatan Sipirok juga terkenal dengan hasil kerajinan industri kecilnya, seperti pengrajin manik-manik, pengrajin ulos, dan keramik. Sejak kepemimpinan Ongku P. Hasibuan, (Bupati Tapanuli Selatan Periode 2005-2010) di Kecamatan Sipirok dibangun sentra produksi kerajinan dari bahan dasar fiber glass di bawah naungan BUMD Pemerintahan Kabupaten Tapanuli Selatan dan sudah banyak memproduksi kursi,meja sekolah, dan peralatan rumah tangga lainnya, juga terdapat rumah adat tradisional Batak Angkola yang disebut Bagas Godang yang dalam bahasa Angkola yang artinya Rumah Besar.

Tapi yang sangat disayangkan, keindahan, keunikan serta budaya Angkola dan sistem keharmonisan beragamanya hanya baru dapat dinikmati oleh warga Sipirok saja dan beberapa masyarakat yang merantau dan sekedar pulang ke kampung halaman mereka. Hal ini dikarenakan tidak ada sentuhan terhadap keindahan alam dan promosi yang dapat menarik para pengunjung wisatawan baik nasional sampai ke mancanegara, yang membuat mereka terpanggil untuk berlibur ke daerah Sipirok yang dapat menjanjikan kenyamanan bagi para pengunjungnya dan menjadikan kota Sipirok sebagai kebutuhan untuk daerah tujuan wisata.

Untuk itu, perlu adanya gebrakan baru dengan memanfaatkan potensi alam sekitar Tor Sibohi yang ada dikecamatan Sipirok dengan memberikan sentuhan alami dan Modern tetapi tidak merusak kondisi alaminya serta arsitektur tradisionalnya. Tempat ini nantinya dapat dijadikan tempat wisata bermain bagi anak-anak tetapi tidak tertutup kemungkinan bagi remaja, dewasa dan orang tua, wisata pendidikan, wisata budaya, sebagai pusat perbelanjaan souvenir khas Batak Angkola, pusat pemandian air panas, dan menjadikan hotel Tor Sibohi kembali dikenal sebagai tempat penginapan yang nyaman. tetapi ini semua hanya dapat terwujud dengan kerjasama semua pihak masyarakat, para investor, pemerintah daerah, pemerintah pusat serta instansi-instansi terkait dalam hal pengembangan ekowisata Indonesia dan dengan tetap memperhatikan prinsip 3 E (Edukasi, Ekonomis, Ekologi).

Dalam upaya mengembangkan Tor Sibohi sebagai objek Wisata tidak luput juga harus mngembangkan Tor Simago-mago yang terletak berseberangan jalan dengan Tor Sibohi, dimana kedua tor ini saling dukung satu dengan lainnya untuk dijadikan suatu obyek wisata terpadu.

Dengan adanya Pengembangan Ekowisata Tor Sibohi Park Play, akan membuat Kecamatan Sipirok lebih dikenal dan dicari oleh masyarakat luas yang menginginkan/merindukan akan kenyamanan berwisata dan sangat cocok untuk daerah tujuan wisata.



B. Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan Penulisan Pengembangan Ekowisata Tor Sibohi Park Play di kecamatan Sipirok ini adalah :
  1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah daerah dalam pengembangan ekowisata    kawasan Tor Sibohi di kecamatan Sipirok.
  2. Sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan tahapan-tahapan pembangunan yang akan dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip 3 E (Edukasi, Ekonomis, Ekologi).
  3. Menempatkan sekaligus memantapkan peran sektor kepariwisataan dalam pembangunan daerah, sebagai salah satu andalan bagi usaha peningkatan ekonomi masyarakat dan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
  4. Memberikan pengertian secara lebih luas kepada berbagai kalangan yang terkait melalaui kegiatan kepariwisataan
Secara umum, tujuan pengembangan Ekowisata Tor Sibohi Park Play di kecamatan Sipirok ini adalah :
  1. Memperkenalkan kepada masyarakat luas keindahan alam kawasan Tor Sibohi di Kecamatan Sipirok
  2. Menjadikan kawasan Tor Sibohi sebagai salah satu Daerah Tujuan Wisata yang dapat menarik minat wisatawan domestik maupun mancanegara.
  3. Melestarikan, menata dan memelihara objek-objek wisata yang memiliki daya tarik
  4. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan ekowisata
  5. Menyusun rencana teknis pengembangan objek wisata terpilih di kawasan Tor Sibohi sehingga menjadi daerah tujuan wisata yang menarik dan dapat mendorong minat investasi dalam jumlah besar ke kawasan tersebut dan dapat dijadikan sebuah komoditi yang menjual dan menghasilkan devisa
   DAFTAR PUSTAKA

       WEBSITE

   Aryanto, (2003), Enviromental Marketing Terhadap Ekowisata Pesisir,
               http ://tumoutou.net/6_sem2_023/Aryanto_rudy/ (accessed September-Oktober 2008)
 
  Darma, G, (2008), Analisis Sosio-Ekonomi dalam Pengembang Ekotourism pada Kawasan          Suakamarga   Satwa Mampie Lampoko, http://www.wisatamelayu.com/id/index.php, (accessed Oktober 2008)
Pane, P, (2008),  http://www.tapselkab.go.id/,  Sipirok, Kota Tua dan Janji yang Diabaikan
               (accessed Oktober 2008) Maksum, (2008), Pengembangan Ekowisata dan      Pemberdayaan                Masyarakat, http://justmaksum.wordpress.com/, (accessed Oktober 2008)

      http://martinhardiono.multiply.com/ (accessed Oktober 2008)
  
      http://www.bainfokomsumut.go.id/ (accessed Oktober 2008)
    
      http://www.waspada.co.id/ (accessed Oktober 2008)
     
      http://www.ekowisata.info/ (accessed Oktober 2008)
     
      http://sidimpuan.freehostia.com/ (accessed Oktober 2008)
      http://www.waspada.co.id/Citizen-Journalism/CITIZEN-JOURNALISM/Sipirok-Kota-tua

      http://northsumatra-tourism.blogspot.com/2008/03/wisata-tapsel-yang-nyaris-keok.html

      

Wednesday, August 25, 2010

TRANSPIRASI

PENDAHULUAN

    Air merupakan salah satu faktor penentu bagi berlangsungnya kehidupasn tumbuhan. Banyaknya air yang ada didalam tubuh tumbuhan selalu mengalami fluktuasi, tergantung pada kecepatan proses masuknya air kedalam tumbuhan, kecepatan proses penggunaan air oleh tumbuhan dan kecepatan proses hilangnya air dari tubuh tumbuhan. Hilangnya air dari tubuh tumbuhan dapat berupa cairan dan uap atau gas. Proses keluarnya atau hilangnya air dari tubuh tumbuhan dapat berbentuk gas keudara disekitar tumbuhan dinamakan transpirasi. Transpirasi dilakukan oleh tumbuhan melalui stomata, kutikula dan lentisel, berdasarkan atas sarana yang digunakan untuk melaksanakan transpirasi tersebut dikenal dengan istilah transpirasi stomata, transpirasi kutikula dan transpirasi lentisel

Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan melalui stomata (Lakitan, 1993). Kemungkinan kehilangan air dari jaringan lain dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangan tersebut sangat kecil dibandingkan dengan yang hilang melalui stomata. Oleh sebab itu, dalam perhitungan besarnya jumlah air yang hilang dari jaringan tanaman umumnya difokuskan pada air yang hilang melalui stomata (Loveless,1991).

Sehubungan dengan transpirasi organ daun tumbuhan yang paling utama dalam melaksanakan proses ini adalah daun, karena pada daunlah di jumpai stomata yang paling banyak.
Transpirasi penting bagi tumbuhan,  karena berperan dalam hal membantu meningkatkan laju angkutan air dan garam mineral, mengatur suhu tubuh dengan cara melepaskan panas dari tubuh dan mengatur turgor optimum dalam sel.

MEKANISME TRANSPIRASI MELALUI DAUN
    Mekanisme transpirasi akan mudah dipahami apabila mengenal anatomi dari daun tumbuhan. Pada sayatan melintang daun (gambar 1), terlihat bahwa daun tersusun oleh sel-sel epidermis atas, jaringan mesofil yang terdiri dari jaringan palisade dan jaringan bunga karang dengan diantaranya, sel epidermis bawah dengan stomatanya.

Gambar 1. Cross section of a portion of a leaf

    Transpirasi dimulai dengan pengupan air oleh sel-sel mesofil ke rongga antar sel yang ada dalam daun. Dalam hal ini bunga karang merupakan rongga yang besar dari rongga antar sel jaringan, sehingga dapat menampung uap air dalam jumlah banyak. Pengupan ini akan terus berlangsung selama rongga antar sel belum jenuh dengan uap air. Sel-sel yang menguapkan airnya ke rongga antar sel, tentu akan mengalami kekurangan air sehingga potensial airnya menurun. Kekurangan ini akan diisi oleh air yang berasal dari xilem tulang daun, yang selanjutnya akan menerima uap air yang keluar menembus epidermis dan kutikula, agar supaya transpirasi dapat berjalan, maka stomata pada epidermis tadi harus membuka. Apabila stomata membuka, maka akan ada penghubung antara rongga antar sel dengan atmosfir, kalau tekanan uap air di atmosfir lebih rendah dari rongga antar sel, uap air dari rongga antar sel akan keluar ke atmosfir dan prosesnya di sebut transpirasi. Jadi syarat utama untuk berlangsungnya transpirasi adalah adanya penguapan air di dalam daun dan terbukanya stomata.

Kegiatan transpirasi dipengaruhi banyak faktor, baik faktor dalam maupun luar. Faktor dalam antara lain besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapis lilin atau tidaknya permukaan daun, banyak sedikitnya bulu pada permukaan daun, banyak sedikitnya stomata, bentuk dan letak stomata (Salisbury&Ross.1992) dan faktor luar antara lain:

1.    Kelembaban
Bila daun mempunyai kandungan air yang cukup dan stomata terbuka, maka laju transpirasi bergantung pada selisih antara konsentrasi molekul uap air di dalam rongga antar sel di daun dengan konsentrasi mulekul uap air di udara.
2.    Suhu
Kenaikan suhu dari 180 sampai 200 F cenderung untuk meningkatkan penguapan air sebesar dua kali. Dalam hal ini akan sangat mempengaruhi tekanan turgor daun dan secara otomatis mempengaruhi pembukaan stomata.

3.    Cahaya
Cahaya memepengaruhi laju transpirasi melalui dua cara pertama cahaya akan mempengaruhi suhu daun sehingga dapat mempengaruhi aktifitas transpirasi dan yang kedua dapat mempengaruhi transpirasi melalui pengaruhnya terhadap buka-tutupnya stomata.

4.    Angin
Angin mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan terhadap laju transpirasi. Angin menyapu uap air hasil transpirasi sehingga angin menurunkan kelembanan udara diatas stomata, sehingga meningkatkan kehilangan neto air. Namun jika angin menyapu daun, maka akan mempengaruhi suhu daun. Suhu daun akan menurun dan hal ini dapat menurunkan tingkat transpirasi.

5.    Kandungan air tanah
Laju transpirasi dapat dipengaruhi oleh kandungan air tanah dan alju absorbsi air di akar. Pada siang hari biasanya air ditranspirasikan lebih cepat dari pada penyerapan dari tanah. Hal tersebut menyebabkan devisit air dalam daun sehingga terjadi penyerapan yang besar, pada malam hari terjadi sebaliknya. Jika kandungan air tanah menurun sebagai akibat penyerapan oleh akar, gerakan air melalui tanah ke dalam akar menjadi lambat. Hal ini cenderung untuk meningkatkan defisit air pada daun dan menurunkan laju transpirasi lebih lanjut.

PELEPASAN PANAS OLEH TRANSPIRASI
    Daun akan menyerap sejumlah besar energi radiasi yang nantinya akan dilepaskan kembali ke lingkungannya. Energi tersebut akan di ubah menjadi energi panas dan akan menaikkan suhu daun. Suatu gambaran yang menunjukkan betapa pentingnya transpirasi dalam sistem panas tubuh tumbuhan. Perhitungan kalkulasi energi telah dilakukan, 1 cm2 luas daun, di tengah hari pada musim panas (summer) akan menyerap energi cahaya sebesar 1,3 g.kal per menit. Apabila diambil rata-rata untuk setiap daun pada tumbuhan tersebut akan menyerap energi cahaya 50% saja dan apabila masa 1 cm2 luas daun sama dengan 0,020 g serta panas jenisnya (specific heat) sebesar 0,879 g.kal, maka kenaikan suhu daun per menit akan mencapai
                        0,65                =  370
0,20 x 0,879
Pada umumnya tumbuhan akan mati apabila suhu tubuhnya mencapai 50 – 600C. Dengan kenaikan suhu sebesar 370C, dalam waktu beberapa menit saja suhu daun dapat naik sampai pada tingkat yang mematikan. Tetapi pada kenyataannya menunjukkan bahwa daun jarang mencapai suhu yang mematikan. Suhu daun biasanya hanya beberapa derajat melebihi suhu udara.

    Karena transpirasi merupakan proses mengkonsumsi energi, seringkali dianggap bahwa penguapan di dalam transpirasi merupakan pelepasan panas yang di serap oleh daun tersebut. Untuk menguapkan air sebanyak 1 gram pada suhu 20 0C, diperlukan energi sebesar 0,65 g.kal akan dibutuhkan sebanyak 0,65/584 = 0,0011 g air yang di ubah menjadi uap air untuk setiap daun sebesar 1 dm2 (100 cm2) , maka akan dibutuhkan 6,6 g air (0,0011 x 100 x 60) untuk setiap daun per jam. Dapat dibayangkan berapa banyak air yang diperlukan oleh suatu pohon yang memiliki daun ratusan bahkan ribuan, untuk menjaga agar suhu tubuhnya tidak menjadi panas.

MEKANISME MEMBUKA DAN MENUTUPNYA STOMATA 
    Membuka dan menutupnya stomata pada daun terjadi akibat adanya peristiwa turgor pada guard cell. Bergeraknya air dari epidermal cell ke dalam guard cell, mengakibatkan turgor meningkat di dalm guard cell dan meimbulkan elastic straccking pada dinding guard cell. Dengan berkembangnya kedua guard cell ini, hal tersebut mengakibatkan menutupnya stomata. Namun apabila tekanan turgor itu rendah, maka stomata tersebut akan membuka lagi. Hal ini berarti membuka dan menutupnya stomata ditentukan oleh turgor yang terjadi pada guard cell.


Gambar 2. Mekanisme membuka/menutupnya stomata



Gambar 3. Bagan alir proses membuka menutupnya stomata
o    Faktor Lingkungan yang mempengaruhi membuka dan menutupnya stomata 
    Beberapa faktor lingkungan dapat mempengaruhi proses membuka dan menutupnya stomata, yaitu :
1.    Karbon dioksida (CO2)
Tekanan parsial CO2 yang rendah dalam daun akan menyebabkan pH sel menjadi tinggi. Pada pH yang tinggi (6-7) akan merangsang penguraian pati menjadi gula,  sehingga stomata terbuka.

2.    Cahaya
Dengan adanya cahaya maka fotosintesis akan berjalan, sehingga CO2 dalam daun akan berkurang dan stomata terbuka

3.    Water Stress
Apabila tumbuhan menderita kekurangan air, maka potensial air pada daun akan turun, termasuksel penutupnya sehingga stomata akan tertutup.

4.    Suhu
Naiknya suhu akan meningkatkan laju respirasi sehingga kadar CO2 dalam daun meningkat, pH akan turun dan stomata tertutup.

5.    Angin
Angin berpengaruh terhadap membuka dan menutupnya stomata secara tidak langsung. Dalam keadaan angin bertiup kencang, pengeluaran air melalui transpirasi seringkali melebihi kemampuan tumbuhan untuk menggantinya, akibatnya daun dapat mengalami kekurangan air sehingga turgornya turun dan stomata akan tertutup.


KESIMPULAN
1.    Transpirasi merupakan proses keluarnya atau hilangnya air dari tubuh tumbuhan dapat berbentuk gas ke udara disekitar tumbuhan.
2.    Transpirasi penting bagi tumbuhan,  karena berperan dalam hal membantu meningkatkan laju angkutan air dan garam mineral, mengatur suhu tubuh dengan cara melepaskan panas dari tubuh dan mengatur turgor optimum dalam sel.
3.     Kegiatan transpirasi dipengaruhi banyak faktor, baik faktor dalam maupun luar. Faktor dalam antara lain besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapis lilin atau tidaknya permukaan daun, banyak sedikitnya bulu pada permukaan daun, banyak sedikitnya stomata, bentuk dan letak stomata dan faktor luar antara lain: kelembaban, suhu, cahaya, angin, kandungan air tanah.
4.    Daun akan menyerap sejumlah besar energi radiasi yang nantinya akan dilepaskan kembali ke lingkungannya. Energi tersebut akan di ubah menjadi energi panas dan akan menaikkan suhu daun.
5.    Membuka dan menutupnya stomata pada daun terjadi akibat adanya peristiwa turgor pada guard cell
6.    Beberapa faktor lingkungan dapat mempengaruhi proses membuka dan menutupnya stomata, yaitu : karbon diosida (CO2), cahaya, water stress, suhu, dan angin.

DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N.A, Jane B.R, Lawrence, G.M, 2003. Biologi, Edisi Kelima-jilid 2.   Penerbit Erlangga Jakarta.

Salisbury.F.B. and Ross, C. (1998) Fisiologi Tumbuhan (terjemahan) Penerbit Erlangga. Jakarta

Sasmitamihardja, D dan Arbasyah S, 2003. Fisiologi Tumbuhan. Jurusan biologi FMIPA-ITB. Dirjen Dikti. Depdikbud : Jakarta.      

Zainal Abidin (1984) Dasar Pengetahuan Ilmu Tanaman. Penerbit Angkasa. Bandung.

Download File Presentasi Transpirasi